Sabtu, 30 Agustus 2014

Krisis BBM lagi?

Beberapa waktu yang lalu, pemerintah membatasi penjualan BBM bersubsidi. Hal ini dikarenakan kuota BBM bersubsidi tahun 2014 sudah semakin menipis dan ditakutkan tidak mecukupi hingga Desember mendatang. Mendengar hal ini, banyak rakyat Indonesia yang lantas memburu premium bersubsidi di berbagai SPBU. Mereka siap mengantri panjang untuk mendapatkan premium bersubsidi sebelum kehabisan. Padahal untuk bahan bakar non-subsidi masih tersedia.

Apakah hal ini dapat dikatakan sebuah krisis BBM? Ini berarti Indonesia mengalami krisis BBM untuk yang kesekian kali? Mengapa hal ini bisa terjadi?
Pertamina menyatakan bahwa BBM sudah kembali normal setelah pihaknya membatalkan pemangkasan penyaluran bahan bakar bersubsidi. Tapi masih tetap terjadi antrean di beberapa SPBU. Sampai saat ini pun di beberapa daerah masih terjadi kelangkaan bahan bakar minyak disebabkan stok BBM untuk setiap daerah belum kembali normal, juga karena keterlambatan distribusi.

Presiden SBY melalui akun Youtube resminya mengatakan bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan APBN. Menurut beberapa perhitungan, jika harga BBM tak dinaikkan, maka anggaran negara akan habis untuk membiayai subsidi energi. Padahal masih banyak sektor lain yang lebih membutuhkan anggaran negara ini, seperti memfasilitasi daerah perbatasan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung, seperti yang dilansir dalam detikcom, menegaskan akan bertanggung jawab terkait kuota BBM subsidi sampai batas akhir pemerintahan Presiden SBY. Pemerintah juga sudah memastikan bahwa sampai 20 Oktober 2014 tidak akan ada kenaikan harga BBM karena defisit anggaran belum mengancam APBN Perubahan 2014. Dan untuk pemerintahan selanjutnya boleh melakukan APBN Perubahan 2015 supaya ruang fiskal lebih besar.

Hal yang harus diperhatikan adalah memastikan bahwa BBM bersubsidi yang disalurkan harus diberikan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk pemakaian sehari-hari. Kita sebagai warga masyarakat juga harus mengawasi agar penyaluran BBM bersubsidi ini tepat sasaran. Serta tidak ada oknum yang memanfaatkan subsidi ini.

Mengenai krisis BBM ini, beberapa pihak sudah menganjurkan para pengguna kendaraan agar mengganti bahan bakar kendaraan mereka menjadi BBG (bahan bakar gas). Selain itu dibutuhkan pula sebuah alternatif lain pengganti bahan bakar minyak. Karena jika Negara kita terus menerus menggunakan bahan bakar minyak, maka persediaan minyak akan semakin menipis. Mungkin butuh dikembangkan bahan bakar alternatif dari tumbuh-tumbuhan yang diharapkan bisa membantu kelangkaan bahan bakar minyak ini.

Referensi :
Detikcom
Liputan6.com