Beberapa waktu
yang lalu, pemerintah membatasi penjualan BBM bersubsidi. Hal ini dikarenakan
kuota BBM bersubsidi tahun 2014 sudah semakin menipis dan ditakutkan tidak
mecukupi hingga Desember mendatang. Mendengar hal ini, banyak rakyat Indonesia
yang lantas memburu premium bersubsidi di berbagai SPBU. Mereka siap mengantri
panjang untuk mendapatkan premium bersubsidi sebelum kehabisan. Padahal untuk
bahan bakar non-subsidi masih tersedia.
Apakah hal ini
dapat dikatakan sebuah krisis BBM? Ini berarti Indonesia mengalami krisis BBM
untuk yang kesekian kali? Mengapa hal ini bisa terjadi?
Pertamina
menyatakan bahwa BBM sudah kembali normal setelah pihaknya membatalkan
pemangkasan penyaluran bahan bakar bersubsidi. Tapi masih tetap terjadi antrean
di beberapa SPBU. Sampai saat ini pun di beberapa daerah masih terjadi
kelangkaan bahan bakar minyak disebabkan stok BBM untuk setiap daerah belum
kembali normal, juga karena keterlambatan distribusi.
Presiden SBY
melalui akun Youtube resminya mengatakan bahwa
kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan
APBN. Menurut beberapa perhitungan, jika harga BBM tak dinaikkan, maka anggaran
negara akan habis untuk membiayai subsidi energi. Padahal masih banyak sektor
lain yang lebih membutuhkan anggaran negara ini, seperti memfasilitasi daerah
perbatasan.
Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung, seperti yang dilansir dalam
detikcom, menegaskan akan bertanggung jawab terkait kuota BBM subsidi sampai
batas akhir pemerintahan Presiden SBY. Pemerintah juga sudah memastikan bahwa sampai 20 Oktober 2014 tidak akan ada
kenaikan harga BBM karena defisit anggaran belum mengancam APBN Perubahan 2014.
Dan untuk pemerintahan selanjutnya boleh melakukan APBN Perubahan 2015 supaya
ruang fiskal lebih besar.
Hal yang harus
diperhatikan adalah memastikan bahwa BBM bersubsidi yang disalurkan harus
diberikan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk pemakaian
sehari-hari. Kita sebagai warga masyarakat juga harus mengawasi agar penyaluran
BBM bersubsidi ini tepat sasaran. Serta tidak ada oknum yang memanfaatkan
subsidi ini.
Mengenai krisis BBM ini, beberapa pihak sudah menganjurkan para pengguna kendaraan agar
mengganti bahan bakar kendaraan mereka menjadi BBG (bahan bakar gas). Selain itu
dibutuhkan pula sebuah alternatif lain pengganti bahan bakar minyak. Karena jika
Negara kita terus menerus menggunakan bahan bakar minyak, maka persediaan
minyak akan semakin menipis. Mungkin butuh dikembangkan bahan bakar alternatif dari
tumbuh-tumbuhan yang diharapkan bisa membantu kelangkaan bahan bakar minyak
ini.
Referensi
:
Detikcom
Liputan6.com